Rabu, 24 Juni 2015

UPASPESIES: ISLAM NUSANTARA

Tidak..tidak. saya tidak akan banyak bicara tentang islam dalam tulisan ini. Anda jangan tertipu dgn judul yg aku buat. Pemahamanku tentang Islam tidaklah sedalam pemahaman ustadz. Tidak setinggi para sufi, tidak pula seluas alim 'ulama. Yg ingin kubahas dalam tulisan ini adalah "aku" dan "kamu", iya...kamu.

Jika aku mengaku bahwa aku adalah muslim, kmudian kamu juga mengaku sbg muslim..apkah itu akan membuat kita sama dan sejalan? Aku berharap kamu dapat sejalan denganku. Dan kamu juga berharap aku dapat sejalan denganmu. Ya, itu harapan yg mulia. Tapi, faktanya justru harapan itulah yg membuat aku dan kamu tidak sejalan, tidak sepaham dan tidak sependapat.

Awalnya kita mempunyai niat yg "sama", yaitu agar kita sependapat. Namun akhirnya harapan itu berujung bualan belaka, karena kita sama-sama ingin agar "aku sama denganmu" padahal aku adalah aku, dan kamu adalah kamu: dua eksistensi yg berbeda.

Ah, trlalu mbulet ya? Padahal aku hanya ingin mengucapkan bhwa jika semua sama, tidak ada yg namanya bersama. Jika hanya satu, tidak ada yg namanya bersatu. Jika kita ingin ada kebersamaan dan persatuan, maka syarat yg harus kita lihat sebelumnya adalah, perbedaan. Perbedaan itulah satu2nya hal yg dapat kita ajak utk "bersama".

Jadi, aku harus melihat kamu sbg kamu. Lalu kamu harus melihat aku sbg aku. Agar kita bisa berjabat tangan.
Jika aku hanya melihat aku dlm segala hal, menafikkan adanya kamu dan semua yg selain-aku. Dan kamu pun hanya melihat kamu dalam segala hal, mengingkari orang lain yg berbeda dengan kamu. Sehingga kita hanya ingin ada "aku" atau ada "kamu" saja: egois di dunia ini. Percayalah, kita akan menjadi orang tolol yg menjabat tangan sendiri, berusaha mencium pipi sendiri, dan tersenyum pada diri sendiri.

Aduh, masih mbulet ya? Padahal aku hanya ingin mengatakan bahwa jika di dunia ini hanya ada "aku" saja, atau hanya ada "kamu" saja, lalu dgn siapa kau akan berjabat tangan? Makanya, jgn coba2 berharap agar semua orang di dunia ini menjadi "aku" saja, menjadi satu saja: b e r b a h a y a. Tuhan saja ogah menjadikan manusia ini satu paham saja,kan?

Nah, sekarang bayangkan jika aku ini islam nusantara, dan kamu ini islam arab. Yah, kita berasal dari spesies yg sama- masih ada islam-nya,sih. Tapi kok kita punya nama belakang yg membuat kita terlihat seperti sub-spesies yg berbeda? Ada yg aneh? Ada yg tidak wajar? Ah biasa saja lah...

Kalo kita belajar biologi, kita akan dapati misalnya nama harimau sumatera, ada harimau benggala (india), ada pula harimau afrika. Lah, sama2 harimau kok punya nama belakang? Ya iyalah. Karena harimau itu mengalami transformasi (maaf, kata evolusi sudah terlanjur "dikafiri") agar bisa beradaptasi dgn lingkungan. Beda lingkungan, beda pola adaptasi---hingga akhirnya, taraa....muncullah upaspesies (upajenis) yg berbeda-beda, terpisah dari spesies utama karena pengaruh geografi.

Transformasi ini...halah Evolusi ini! Terjadi pada setiap makhluk yg ada di dunia. Hewan, tumbuhan, manusia, bahkan batu akik juga mengalami adaptasi dan terbentuk oleh lingkungannya. Membuatnya berbeda-beda, penuh warna yg tercipta sbg akibat dari hukum alam. Btw..batu akik yg beraneka rupa saja membuat kita terpesona, masak manusia yg beraneka warna enggak?

Lihatlah..dari nabi Adam terturun upajenis manusia. Ada yg hitam,putih,coklat, belang (panuan). Bukankah perubahan yg menimbulkan perbedaan itu mempesona? Jangan ingkari bahwa perubahan dan adaptasi adalah proses alam. Jika tidak menerima hal ini, apa kamu pikir kamu Tuhan yg tidak terkena dampak hukum alam, selalu benar, dan tidak perlu adaptasi? Hush!!!

Nilai-nilai islam yg suci diturunkan di padang Arab, merasuk ke dalam jiwa para manusia. Manusia itu bagian dari dunia, bohong jika tidak mengalami hukum alam yg berlaku di dunia.
Maka, tidak perlu marah2, buang-buang emosi, menebar caci, jika ada istilah-istilah upaspesies islam. Santai saja, anggap sebagai bahan kajian baru penambah ilmu. Toh Alloh sang penjaga, punya cara sendiri dalam menjaga Islam dan kitabul karimnya?

Jika kita tidak mau melihat pola-pola sunnatulloh ini secara santai dan penuh takjub, kita tidak akan berjabat tangan..hanya akan saling memotong tangan. Tidak akan bertukar ilmu..hanya akan berlempar bom--meledak seperti meteor yg memusnahkan spesies dinosaurus sampai punah. Lalu, jika Tuhan bertanya: kuberi kalian agama agar selamat dunia akhirat, kok malah punah??

Apa akan kita jawab? saling tunjuk lagi di hadapan Tuhan? aish!


Sumber Gambar: lightbox-core-net.blogspot.com