Selasa, 07 April 2015
DEMOCRITUS: Apa bahan baku dunia?
Segala yang “ada”, pasti mempunyai dua sebab: pertama sebab material, yaitu bahan baku. Yang kedua adalah sebab efisien. Yaitu sebab yang mengetahui potensi tiap bahan baku serta mempunyai kemampuan untuk menggabungkan potensi-potensi itu menjadi sesuatu. Hal inilah yang menjadi kebingungan Democritus. Dia merenungi bahwa jika dunia ini ada, lalu apa bahan bakunya?
Democritus adalah seorang filosof alam yang hidup tahun 460-370 SM. Dia lahir di kota kecil Abdera, pantai utara Aegea. Sebagai seseorang yang jatuh cinta kepada alam, dia banyak menghabiskan waktunya untuk merenungi dan mengamati alam di sekitarnya. Meskipun dia hidup ribuan tahun lalu, di mana zaman itu belum ada tekhnologi penelitian seperti saat ini, namun kemampuan pengamatan dan akalnya yang cerdas membuatnya bisa mengembangkan konsep yang dikenal hingga saat ini, yaitu Atom.
Democritus setuju dengan para pendahulunya bahwa segala perubahan yang terjadi di alam ini tidaklah disebabkan oleh sesuatu yang benar-benar “berubah”. Namun perubahan ini hakikatnya disebabkan oleh sesuatu yang “tetap”. Maksudnya, dia beranggapan bahwa dunia ini terbentuk dari balok-balok super kecil yang mempunyai bentuk tetap dengan model yang berbeda-beda. Balok-balok super kecil ini dia beri nama Atom.
Kata a-tom sendiri berarti “tidak dapat dipotong”. Atom-atom ini mempunyai “kait” dan “mata kait” serta bertebaran di segala arah. Kait dan mata kait itu menyebabkan bergabungnya antar atom jika mereka bertemu satu dengan yang lainnya. dan karena model dari atom-atom ini berbeda, maka mereka bisa menyatu dan membentuk berbagai hal yang beragam. bergabungnya atom inilah akhirnya yang membentuk segala yang ada di dunia ini.
Kira-kira simplenya begini: Semua benda itu, jika diurai, akan ketemu bahan aslinya. Misal, segelas kopi manis jika diurai bahannya dari kopi bubuk, gula, dan air. Kopi itu masih bisa diurai lagi bahannya. Gula juga masih bisa diurai lagi bahannya. Air juga masih bisa diurai lagi bahannya. Bahan-bahan dari setiap ‘bahan’ itu juga masih bisa diurai lagi, begitu seterusnya sampai tidak bisa diurai lagi. Nah titik di mana sesuatu tidak bisa diurai inilah yang namanya atom. Dengan kata lain, atom adalah bahan baku pembentuk dunia.
Lalu jika sebuah benda itu hancur, misalnya ada pohon atau binatang yang mati, atom-atomnya terurai dan membentuk benda-benda yang lain. Atom-atom yang ada di tubuh kita akan terurai saat kita mati, kemudian atom-atom itu akan menyusun kembali menjadi sesuatu yang lain.
Mengenai sebab “efisien”, yaitu bagaimana atom-atom itu bisa bergerak membentuk sesuatu? Democritus menganggap itu terjadi karena mekanis saja. Maksudnya, tiap atom mempunyai sifat sendiri-sendiri yang membuatnya bergerak. Sebagai seorang materialis, dia tidak mempercayai adanya kekuatan “ghaib” yang mengusai dan menggerakkan semesta. Segala sesuatu memang mempunyai penyebab alamiah, dan sebab itu menempel dalam benda itu sendiri. Tidak berasal dari luar benda itu. Kata Democritus.
Terkait jiwa, Democritus menganggap bahwa jiwa itu juga tersusun dari atom-atom yang bentuknya lebih halus sehingga bisa merasuk ke dalam sesuatu. Ketika mati, jiwa itu akan terurai dan akan bergabung kembali menjadi nyawa baru yang melekat pada sesuatu yang lain yang mempunyai sifat “hidup”.
Atom-atom ini menurutnya kekal, tidak diciptakan. Atom itu “selalu” ada. Karena tidak mungkin sesuatu muncul dari ketiadaan. Dan sesuatu tidak mungkin menjadi “lenyap tiada”. Segala sesuatu hanya berubah bentuk. Jika kita melihat sebuah batu hancur, batu itu tidak lenyap. Batu itu hanya berubah bentuk menjadi hal lain. Jika seekor burung mati, dia tidak lenyap. Burung itu selalu ada, namun menjadi benda yang berbeda. Begitulah anggapan Democritus.
Kini, dengan peralatan yang canggih apa yang pernah dipikirkan Democritus itu kurang lebih ada benarnya. Alam ini tersusun dari “atom-atom” yang berbeda-beda yang menyatu dan berpisah kembali sesuai dengan hukum alam. sebuah atom hydrogen dalam ujung rambutku bisa jadi dulunya adalah hydrogen yang terdapat pada sebutir telur ayam. Sepotong atom karbon dalam ujung jariku bisa jadi dahulunya adalah karbon yang terdapat pada ekor dinosaurus.
Namun pada zaman sekarang, ilmuwan juga telah menemukan bahwa atom-atom itu nyatanya masih bisa dibagi lagi menjadi partikel elementer: proton, neutron, elektron. Dan ini masih bisa berkembang lagi. Democritus memang tidak memiliki perangkat penelitian selain otaknya, yang membuatnya tidak mempunyai banyak pilihan dalam meneliti.
~Sandal Njepit
Referensi:
*Madilog, Tan Malaka.
*Wikipedia.com
*Shopi’es Verden, Jostein Gaardner.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar