Tulisan ini penulis buat setelah teringat peristiwa ganjil yang terjadi beberapa waktu silam. Saat itu penulis sedang menemani belajar membaca Alqur’an warga binaan di sebuah Lembaga Pemasyarakatan. Napi yang dibina di Lp ini terdiri dari berbagai modus tindak pidana mulai dari pencurian, pemerkosaan, perampokan, bahkan ada pelaku pembunuhan.
Di sebelah barat Masjid yang digunakan untuk belajar mengaji terdapat sebuah ruang istirahat yang biasa digunakan warga binaan untuk beristirahat setelah melakukan kegiatan. Di ruang itu terdapat sebuah televisi ukuran 14 inchi yang digunakan sebagai hiburan seluruh warga pada jam-jam tertentu.
Hari itu sebelum acara belajar mengaji dimulai, para warga masih menonton sebuah film di televisi itu. di sinilah keganjilan yang penulis maksud terjadi. Saat film itu menampilkan adegan tokoh antagonist (musuh) melakukan kejahatan pada tokoh protagonist (baik), para warga pun menunjukkan kegeraman dan ketidak sukaannya. Ternyata meskipun para warga binaan ini adalah pelaku kejahatan, nyatanya mereka juga benci sebuah perlakuan jahat yang mereka lihat (dalam televisi).
Ya, bahkan seorang perampok pun bisa membenci tindakan perampokan. Seorang pelaku penganiayaan pun benci melihat tindakan kekerasan. Mereka begitu benci melihat tokoh antagonist yang melakukan kejahatan, dan Sebaliknya begitu menyukai tindakan-tindakan kebaikan yang dilakukan oleh tokoh protagonist.
Apakah anda tidak merasa ganjil? Manusia yang begitu mencintai kebaikan, bisa menjadi pelaku kejahatan?
Dari situ penulis merasa tersenyum. Janganlah anda terburu melihat sosok warga binaan di penjara yang melakukan kejahatan. Kita ambil contoh diri kita sendiri. bukankah kita yang divonis “orang baik” ini tidak sepenuhnya baik? kita pasti pernah melakukan kejahatan-kejahatan yang merugikan kita sendiri atau orang lain.
Mahasiswa akan senang jika menjadi pintar dan berprestasi. Tapi, mengapa plagiasi, mencontek, membolos, dan perbuatan tidak baik lainnya tetap dilakukan? Saat ditanya pendapat kita tentang orang tamak dan sombong, pasti kita akan menjawab itu tidak baik. tapi, hasrat kita kerapkali bergetar ketika melihat uang melimpah atau mobil mewah. Para aktivis akan terbakar semangatnya jika membaca sejarah perjuangan dan kebaikan pahlawan masa lalu, namun mengapa ada saja aktivis menjadi koruptor setelah menjadi pejabat?
Artinya, secara pribadi memang saya harus mengakui bahwa saya sangat menyukai kebaikan. Tapi, saya tidak selalu bisa menjadi orang baik. saya sangat membenci kejahatan. Tapi, terkadang saya melakukan perbuatan buruk dalam kondisi sangat sadar. Maaf, tapi saya rasa, sebagai manusia anda juga seperti itu :-D
Entah benar atau tidak, saat saya melihat keganjilan itu saya melihat wujud sejati manusia yang suci, dan selalu menyukai kebaikan. Film, dalam hal ini menyajikan “khayalan” terpendam para warga binaan tentang kebaikan yang mereka rindukan. Namun dunia nyata, menyajikan kenyataan yang terkadang berlawanan dengan khayalan mereka. Hal inipun sering terjadi kepada kita.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, jika memang manusia hakikatnya menyukai kebaikan..lalu dari mana kejahatan itu muncul?
Socrates mengatakan bahwa manusia berbuat jahat karena mereka tidak tahu apa yang baik bagi dirinya. Pengetahuan yang benar akan mengantarkan manusia kepada jalan yang benar. Ilmu psikologi mengatakan sifat/tabiat bawaan lahir manusia ataupun hasil pengaruh dari lingkungan sosial bisa jadi penyebabnya. Aktivis mengatakan tekanan kebutuhan hidup, kurangnya perhatian pemerintah adalah faktor maraknya kejahatan. Agamawan mengatakan nafsu dan syetan biang keladinya. Orang awam mengatakan dengan wajah polos, “ya… semua teori itu benar dan dapat menjadi alasan mengapa manusia berbuat jahat.”
Namun pada diri saya dan pada diri mereka (yang berbuat jahat), saya melihat sesuatu yang dinamakan dengan rasa kecewa. Keinginan dan khayalan kita berbeda dengan kenyataan di depan mata. Rasa kecewa ini membuat kita terjatuh pada perbuatan yang merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Kita ingin pintar, tapi materi pelajaran begitu sulit. Kita ingin kaya, tapi hegemoni kapital terus berkuasa. Kita ingin mendapatkan orang yang kita cinta, tapi dia mencintai orang lain. Kita ingin skolah tinggi, tapi dana tak mencukupi. Dan ada begitu banyak kenyataan-kenyataan lain yang bertentangan dengan harapan kita. Ketidak siapan kita menerima kenyataan itu membuat kita kecewa sehingga kita berbuat nekat dan bertindak buruk melanggar etika dan norma yang telah disepakati bersama.
Maka, jika kita terus menuruti rasa kecewa kita..kita akan benar-benar menjadi seorang penjahat yang hanya mengkhayal dan mengoceh tentang kebaikan tapi bertingkah buruk secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Karena apa? Karena dunia pasti akan mengecewakan. Dia merayu dan menggoda manusia, dia menguji manusia…ketika manusia terlarut (kadunyan) maka dunia akan membenamkan kita pada rasa kecewa sepanjang masa. Itulah tugas dunia.
Besar keyakinan saya bahwa semua orang memendam rasa cinta pada kebaikan. Namun, Untuk menjadi baik, pintar, alim, mampu menjaga jiwa-raga dari syetan..memang perlu usaha dan keteguhan. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menghadapi kenyataan dunia yang memang tidak selalu sesuai dengan harapan. Semoga kita diberi kekuatan untuk berteguh diri agar tidak terjerumus ke perbuatan buruk akibat rasa kecewa pada dunia. Karena seperti ucapan di atas, tugas dunia adalah membuat manusia kecewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar