Selasa, 07 April 2015

HERACLITUS: Tuhan Adalah Pertentangan Yang Berhubungan



Apakah yang paling mencolok di dunia ini? Jika anda menjawab makanan , berarti anda hanyalah orang yang sedang lapar. Jika anda menjawab pakaian bagus, mungkin anda sedang telanjang. Jika anda menjawab air, mungkin anda hanyalah orang yang sedang kehausan. Jika kita mengamati dunia secara luas, kita akan mendapati bahwa yang paling mencolok adalah “pertentangan” yang menjadi sumber gerak dunia. Begitu kata Heraclitus.

Ya, kali ini kita akan membahas seorang manusia yang mencoba merenungi hakikat dunia ini tidak sebatas pada “kebutuhan” badaniahnya saja, tetapi secara luas dalam ragka menyibak misteri dunia ini dengan akal sehat. Namanya adalah Heraclitus.

Heraclitus hidup pada tahun 540-480 SM, dia lahir di Ephesos sebuah kota kecil di Yunani kuno. Wilayah itu sekarang menjadi kota Efesos di pesisir barat asia kecil provinsi Izmir, Turki. Hidup pada masa ribuan tahun lalu yang dipenuhi dengan mitos-mitos tentang dewa da makhluk-makhluk ghain penguasa dunia tidak menghalangi Heraclitus untuk berpikir rasional. Dia melakukan pengamatan dan penelitian meski tanpa peralatan canggih. Satu-satunya yang dia miliki adalah akal yang cerdas.

Yang begitu menarik perhatiannya akan dunia adalah Perubahan. Dia melihat dunia ini berubah secara terus-menerus. Tidak ada yang tetap di dunia ini. Segala sesuatu terus mengalir. Bergerak dan berubah sepanjang waktu. Oleh karena itu, “kita tidak bisa melangkah dua kali ke dalam sungai yang sama”. Kalau kita melangkah ke dalam sungai untuk kedua kalinya, sungai atau langkah kita sudah berubah.

Heraclitus kemudian mencirikan bahwa segala gerak di dunia ini terjadi karena adanya kebalikan atau pertentangan. Air mengalir karena adanya perbedaan ketinggian. Api menyala karena adanya gesekan.

Dalam hal kemanusiaan pun begitu. Jika kita tidak pernah sakit, kita tidak akan tahu nimatnya sehat. Obat ada karena ada penyakit. Jika kita tidak pernah mengalami peperangan, kita tidak dapat merasakan nikmatnya kedamaian. Dan jika tidak ada musim salju, kita juga tidak akan mengetahui musm semi.

Yang baik ataupun yang buruk, yang tinggi maupun yang rendah, semuanya mempunyai tempat dan peran dalam ragka menciptakan dan menggerakkan dunia ini secara teratur. Tanpa adanya perbedaan dan pertentangan, dunia ini tidak akan pernah ada, demikian keyakinan Heraclitus.

Maka “Tuhan adalah siang dan malam, musim salju dan musim semi, gelap dan terang, lapar dan kenyang, perang dan kedamaian,” begitu dia berujar.

“Tuhan” yang dia maksud tentunya bukan dewa-dewa dalam mitos yang berkembang pada masanya. Bagi Heraclitus, Tuhan atau Dewa adalah sesuatu yang mencakup seluruh dunia. “Sesungguhnya, Tuhan itu terlihat sangat jelas karena dia hadir di dunia ini. Dan aku melihatnya menggerakka dunia ini dengan setiap perbedaan dan pertentangan alam yang terus menerus,” katanya.

Selanjutnya Heraclitus juga meyakini akan adanya “akal universal” yang menuntun perjalanan dunia ini sehingga geraknya begitu teratur. Akal universal ini ada, hadir, dan merasuk ke dalam diri kita semua dan seluruh alam. Hal ini mengantarkannya kepada keyakinan selanjutnya, yaitu bahwa segala perubahan yang terjadi secara terus menerus ini membuatnya melihat suatu entitas atau kesatuan yang merupakan sumber dari segala sesuatu. Sumber ini dimaknainya sebagai Tuhan, yang dia sebut dengan nama Logos.

~Sandal Njepit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar