Rabu, 08 April 2015

Filsafat: Berpikir adalah hal yang sealamiah bernafas



Filsafat, adalah sebuah kata yang akan menimbulkan banyak cibiran ketika diucapkan dewasa ini. Karena saat ini kita hidup pada era dimana hal-hal yang mengawang adalah sebuah kekonyolan yang pantas untuk ditertawakan. Mengawang bisa berarti: rumit dan tinggi sehingga hanya orang tertentu saja yang dapat melakukannya. Tapi, juga bisa berarti tidak realistis sehingga hanya orang kurang kerjaan yang mau melakukannya. Hal ini menyebabkan filsafat menjadi makhluk buruk rupa yang sama sekali tidak menarik untuk dinikmati.


Ya, tidak bisa dinikmati adalah hal yang paling dihindari pada era ini, di mana setiap orang sibuk berburu uang, popularitas, dan bentuk kepuasan material lainnya. yang paling buruk dari semuanya adalah, antusiasme akan keagamaan yang meledak-ledak tidak sebatas menganggap filsafat sebagai omong kosong yang dirumitkan. Namun juga menganggapnya sebagai ancaman yang membahayakan.


Kebebasan bernalar dan berpikir merupakan ancaman serius bagi pemeluk agama yang ketakutan bahwa dasar-dasar agamanya akan kehilangan kekohannya saat manusia mulai berpikir kritis. Filsafat menjadi semacam ancaman kekacauan, tafsir bebas sampai kemurtadan. Atau bahkan salah satu penyebab kegilaan. Maka dari itu, orang awam dilarang mencium bau yang bernama filsafat.


Kalaupun filsafat ini masih mempunyai nilai, dia hanya digunakan sebagai pemanis buatan dalam bertutur kisah, sebagai cabai penambah pedas dalam berdebat,  atau dalam membuat adonan pidato-pidato agar tambah manis untuk didengar. Demikian, filsafat mempunyai nilai menarik sebagai hiasan, bukan lagi sebagai kajian.


Segala mitos tentang filsafat di atas memang terlalu menyeramkan. Namun, filsafat tidaklah seburuk itu. Kegiatan bernalar dan berpikir adalah hal yang sangat wajar. Sealamiah bernafas, sealamiah jatuh cinta, selamiah bermimpi indah. Tidak akan bisa dihentikan atau dibatasi kecuali oleh rasa takut.


Rasa takut yang membuat nalar manusia berhenti berpikir ini membuat perilaku aneh pada manusia. Berperang menumpah darah demi sebuah janji langit yang ironisnya, janji itu adalah janji kedamaian dan ketentraman. Atau mengoyak alam dengan teknologi sains modern yang ironisnya, sains itu diciptakan dalam rangka memperbaiki kehidupan.


Segala macam rasa takut yang ditimbulkan oleh fanatisme sempit keagamaan, fanatisme sempit theory sains modern dapat diselamatkan dengan nalar berpikir yang yang terus mengalir, terbuka untuk memperbaiki setiap kesalahan yang telah dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar